Cima Behind The Scenes

Belajar membaca hikmah dari setiap adegan


Pertanyaan tersebut muncul ketika salah seorang sahabat meminta saya menjadi pusat informasi bagi akhwat idamannya dalam fase ta'aruf. Ragu-ragu saya menerima permintaan sahabat saya itu. Teringat hadits Imam at Tirmidzi:

Dari Abu Darda ra. Nabi saw bersabda, "Siapa pun yang menghalangi/menjaga kehormatan saudaranya maka Allah pun akan menjaga wajahnya dari api neraka pada hari Qiamah. (H.r Imam at Tirmidzi)

Jadi, informasi yang akan saya berikan adalah hanya tentang kebaikan sahabat saya saja, pikir saya saat itu. Namun, bukankah lebih baik diam dari pada berkata yang tidak benar. Benar-benar dilema.

Setelah melalui beberapa sesi tanya jawab, alhamdulillah saya menemukan keterangan tentang kisah Fatimah binti Qais ra:

Alkisah, Fatimah binti Qais ra datang kepada Nabi saw. Beliau berkata kepada Nabi saw "Sesungguhnya Abu al Jahmi dan Mu'awiyah, dua-duanya, bermaksud untuk meminangku." Kemudian Rasulullah saw bersabda."Ada pun Mu'awiyah maka ia miskin dan tidak memiliki harta dan adapun Abu Al Jahmi maka ia tidak menyimpan pedang di atas lehernya (suka memukul perempuan / banyak melakukan safar). (Muttafaq alaih)

Dalam literatur yang lain disebutkan bahwa kemudian Rasulullah saw. kemudian menyarankan agar Fatimah binti Qais ra menikah dengan Usamah bin Zaid ra, namun Fatimah binti Qais ra menolaknya, karena Usamah bin Zaid ra berasal dari keturunan hamba sahaya. Kemudian, pada pertemuan selanjutnya, Fatimah binti Qais ra menerima saran Rasulullah saw dan menikah dengan Usama bin Zaid.

Setelah membaca kisah di atas, saya pun menjadi lebih yakin sebagai pusat informasi.

Selain dalam perjodohan perihal apalagi, ya, kita diperbolehkan membicarakan orang?

1. Menyatakan kedzaliman seseorang
Boleh bagi mereka yang didzalimi untuk membawa kedzaliman seseorang kepada seorang penguasa atau hakim dari orang yang memiliki wilayah (supaya kedzalimannya berhenti)

2. Minta pertolongan untuk merubah kemunkaran dan menolak kemaksiatan menuju kepada kebenaran

3. Minta fatwa/nasehat dari seorang mufti, tentang sesorang yang melakukan kedzaliman dan bagaimana melepaskan kedzaliman tersebut supaya tidak terulang dan berhenti

4. Memperingatkan dan menasihati kaum muslimin dari perilaku jahat
Khususnya yang berkaitan dengan perilaku rawi/orang (pembawa berita) yang meriwayatkan hadis, yang biasa disebut dengan menjarah/mencela/menyatakan dengan terang dan tegas tentang kejelekan dan kekurangan seseorang dan ini merupakan sesuatu yang wajib dilakukan karena menyangkut urusan dengan Nabi saw

5. Menampakkan kefasiqan dan perbuatan bid'ah seseorang supaya orang menghindarinya tanpa mencelanya

Ada beberapa keterangan yang menjelaskan kesimpulan di atas

Dari Zaed bin Arqan ra. berkata, "Kami bepergian bersama Rasulullah saw pada suatu safar dimana orang-orang mendapatkan kesulitan. Maka Abdullah bin Ubey berkata: "Janganlah kalian berinfaq terhadap orang yang bersama Rasul sehingga mereka menyendiri/tertekan"" Dan ia (Zaed bin Arqam ra) berkata:"Sungguh jika kami kembali ke al Madinah pasti yang terkuat akan mengusir yang terlemah, maka aku mendatangi Rasulullah saw dan mengkhabarkannya, maka beliau mengutus (seseorang) kepada Abdullah bin Ubey dan dia(Abdullah bin Ubey) bersikukuh dengan sumpahnya tidak melakukan hal itu, maka mereka (Abdullah bin Ubey bersama golongannya) berkata bahwa Zaed telah membawa dusta kepada Raslullah saw. Maka aku simpan dalam diriku apa yang mereka ucapkan sehingga Allah menurunkan ayat kepada Nabi-Nya membenarkanku (idza jaa-aka al Munafiquun..). Kemudian Nabi saw mendua'kan mereka supaya mereka mau beristighfar maka mereka menundukkan kepala mereka." (Muttafaq 'alaih)

Dan pada hadis Zaed bin Arqam ini sesungguhnya bagi siapa pun yang mendengar perkara yang menyangkut imam atau pejabat kaum muslimin dan dikhawatirkan kemadaratan bagi kaum muslimin, untuk menyampaikannya kepada imam untuk berjaga-jaga.(Syarah Muslim an Nawawi)

Dari Aisyah ra berkata, 'Hindun, Istri Abu Sufyan berkata kepada Nabi saw, "Sesungguhnya Abu Sufyan seseorang yang sangat kikir dan ia tidak memberiku sesuuatu yang mencukupkanku dan anak-anakku kecuali aku harus mengambilnya tanpa ia tahu." Beliau menjawab:"Ambillah olehmu! Apa yang mencukupimu dan anak-anakmu dengan cara yang ma'ruf(wajar)."'(Muttafaq 'alaih)

Wallahu a'lam

0 review sahabat

Post a Comment

Subscribe to: Post Comments (Atom)